Teknologi Pencapan

 TEKNOLOGI PENCAPAN 

Hasil Printing

Teknologi Pencapan Tekstil Pencapan kain tekstil dapat digambarkan sebagai suatu teknologi seni pemindahan disain-disain pada kain tekstil. Hasil pencapan tidak lepas dari suatu nilai-nilai seni, sedangkan teknologi yang diterapkan/diaplikasikan diharapkan dapat menjamin mutu dan kualitas hasil seni tersebut. Untuk keperluan tersebut diperlukan selain selera seni yang tajam, juga keahlian tentang teknologi pencapan. Pencapan adalah suatu proses pewarnaan pada bahan tekstil secara tidak merata (setempat) dengan menurut motif / corak tertentu dengan hasil warna diharapkan bersifat permanen. Salah satu peralatan / mesin pencapan yang sangat populer digunakan oleh masyarakat adalah flat screen printing (Pencapan Kasa Datar). Perkembangan pencapan kasa diawali dengan pencapan kasa secara manual (hand screen printing) atau lebih dikenal dengan cetak sablon. Kemudian berkembang menjadi pencapan kasa semi otomatik ( semi automatic screen printing), kemudian berkembang menjadi mesin pencapan screen otomatis (automatic screen printing) (H. Arifin Lubis, dkk 1998). Teknik pencapan screen manual (teknik sablon) saat ini masih banyak digunakan terutama untuk industri-industri kecil maupun pengrajin-pengrajin cetak sablon seperti pembuatan kartu nama, spanduk, kaos, label pada kertas/plastik pembungkus dan lain sebagainya. Teknik sablon ini sudah sangat memasyarakat karena menggunakan peralatan sederhana, murah, cara pembuatan mudah dilakukan/dipraktekan, serta dapat menghasilkan keuntungan jika digunakan untuk usaha. Maka di sekitar lingkungan kita dapat dengan mudah dijumpai usaha cetak sablon. Secara umum prosedur pencapan screen pada bahan tekstil meliputi persiapan dan tahapan proses sebagai berikut :
1. Persiapan kain. Bahan tekstil sebelum dicap harus melalui proses persiapan penyempurnaan, seperti proses pembakaran bulu, penghilangan kanji, pemasakan, pengelantangan, merserisasi atau proses-proses pengerjaan lainnya disesuaikan dengan kebutuhan proses pencapan yang akan dilakukan.
2. Persiapan gambar. Gambar didisain yang akan dicapkan pada bahan dipindahkan kekasa/ke screen dari kertas gambar ada beberapa cara pemindahan gambar /disain kekasa yaitu dengan cara pemotongan , penggambaran langsung, atau cara profilm (afdruk).
3. Persiapan kasa cap Persiapan kasa cap adalah pekerjaan terhadap kasa cap sampai terjadi pemindahan gambar/disain ke kasa sehingga kasa siap digunakan untuk pencapan.
 4. Persiapan pasta cap Untuk pencapan larutan zat warna harus dibuat pasta dengan viskositas tertentu. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan pasta cap adalah kesesuaian zat warna dengan jenis serat yang akan dicap, peralatan/jenis metode pencapan yang digunakan, jenis pengental, obat-obat pembantu, kondisi pengeringan, fiksasi zat warna setelah pencapan.
5. Persiapan mesin/alat cap Persiapan mesin adalah kegiatan untuk menyiapkan mesin dan alat kelengkapannya agar pengerjaan pencapan dapat berjalan efisien. Misalnya mengatur meja pencapan, rakel, tempat pengeringan dan lain sebagainya.
6. Proses Pencapan Proses pencapan dilakukan secara manual (tangan) atau dilakukan oleh mesin (otomatis). Secara manual sangat dibutuhkan ketrampilan yang baik terutama dalam proses perakelan pasta cap pada screen, penuangan pasta cap, urutan proses dan lain sebagainya.
7. Pengeringan Proses pengeringan dilakukan setelah kain dicap diperlukan untuk menghilangkan kelembapan lapisan pasta cap agar motif yang telah menempel pada bahan tidak blobor (bleeding) dan untuk memudahkan proses fiksasi berikutnya.
8. Proses fiksasi zat warna Proses fiksasi adalah proses masuknya zat warna ke dalam serat dan membentuk ikatan dengan serat sehingga warna tidak luntur. Metode fiksasi yang dapat digunakan adalah dengan :
 a. Metode penguapan (steamer ) Uap air yang meresap ke dalam bahan melarutkan zat warna yang terikat pada pasta cap sehingga berdifusi masuk ke dalam serat sehingga molekul zat warna dan serat berikatan.
b. Pengerjaan dengan larutan kimia Yaitu kain yang telah dicap dicelupkan kedalam larutan kimia yang berfungsi untuk mengkondisikan agar bahan tekstil dan zat warna membentuk ikatan kimia sehingga warna yang terjadi tidak luntur. Misalnya pada pencapan dengan zat warna bejana dilarutkan/difiksasi dengan larutan garam nitrit.
c. Proses udara panas Prinsip fiksasi dengan udara panas adalah merangsang molekul-molekul zat warna oleh energi udara panas dan meningkatkan gerakan molekul serat sehingga memungkinkan terjadinya fiksasi zat warna kedalam serat.
9. Pencucian Proses pencucian setelah fiksasi zat warna dimaksudkan untuk menghilangkan sisa-sisa warna ataupun pasta cat (pengental) dan zat-zat lain yang tidak terfiksasi sehingga hasil warna menjadi lebih tajam, dan mempunyai ketahanan luntur yang baik.
10. Pengeringan Pengeringan kain setelah pencucian dilakukan menghilangkan kandungan air yang berlebihan dalam bahan dan untuk menyiapkan bahan agar dapat diproses lanjut dengan baik.


      Larutan zat warna yang digunakan dalam proses pencapan sablon harus memiliki viskositas tertentu sehingga dapat menembus screen dan menempel ke bahan namun tidak melebar/mblobor dari garis motif yang ditentukan. Untuk itu dibutuhkan zat pengental agar memperoleh viskositas yang diharapkan. Syarat zat pengental untuk pencapan menurut Arifin Lubis dkk (1998) dan alginate industries dalam Agus Taufiq (2004) adalah :
 a.Tidak mempengaruhi/bereaksi dengan zat warna yang digunakan
b. Kompatibilitas yang baik dengan zat warna dan obat bantu yang digunakan
 c. Viskositasnya dapat diatur dan tidak berubah selama proses maupun penyimpanan.
d. Memiliki daya adhesi yang baik dengan serat.
e. Tidak menimbulkan migrasi warna yang disebabkan oleh kontak dengan serat setelah pengeringan.
f. mudah dihilangkan setelah pencucian.

     Selain untuk mendapatkan viskositas larutan pasta cap fungsi lain dari zat pengental adalah:
a. Untuk membawa zat warna dan zat zat pembantu
b. Untuk melawan sifat kapilaritas pada kain
c. Meningkatkan daya adhesi dari zat warna yang belum terfiksasi kedalam serat.
d. Bertindak sebagai koloid pelindung agar zat warna dan zat zat pembantu tidak mengendap(terpisah) selama proses.
     Oleh karena itu berdasar syarat dan fungsi pengental maka pemilihan pengental didasarkan pada :
a. Konsentrasi yang digunakan (viskositas)
b. Stabilitas pengental pada larutan
c. Pengaruhnya terhadap hasil warna
 d. Kemudahan pemakaian (persiapan, proses, penghilangan)
e. Biaya. Jenis jenis pengental yang biasa digunakan untuk pencapan berdasar bahan nya (Rasjid Djufri dkk,1979) adalah ;
 a. Tepung terigu atau tapioca (kanji)
 b. Gom Gom adalah zat yang berasal dari getah tumbuhan seperti gom tragan, gom arab
 c. Manutex Manutex adalah alginate yang dibuat dari tumbuh tumbuhan laut yang dikerjakan lebih lanjut sehingga menjadi pengental.
d. Pengental buatan Pengental buatan dari senyawa senyawa kimia tertentu.
     Contoh pengental buatan adalah CMC, PVA (kanji sintetik). Menurut Agus Taufiq (2004) dalam proses pencapan perlu dilakukan pengamatan dalam pemakaian jumlah pengental dan kestabilan pasta capnya dalam penyimpanan sehingga diperoleh pemakaian pengental dan waktu penyimpanan yang optimum sehingga diperoleh hasil pencapan yang baik. Untuk proses batik maka pengental yang digunakan adalah pengental yang dapat bekerja pada kondisi netral (mudah larut dalam air). Pemilihan jenis pengental dan konsentrasi pengental akan mempengaruhi hasil pencapan oleh karena itu dalam penelitian ini tim peneliti akan menganalisi tentang penggunaan jenis pengental untuk pencapan sablon dengan zat warna alam.

Komentar

Postingan Populer